Jumat, 08 Februari 2013

NILAI-NILAI KEBENARAN MENURUT ILMU EKONOMI


 

Adanya kecenderungan ingin tahu yang didukung oleh faktor-faktor pendorong  lainnya, ada orang yang tidak puas  dengan pengetahuan sehari-harinya. Mereka senantiasa berusaha untuk memuaskan keinginan hanya dengan pengetahuan yang lebih mendalam. Inilah yang disebut dengan ilmu pengetahuan  atau pengetahuan yang benar, sedangkan subjeknya, orang-orang demikian itulah yang kemudian diberi predikat ilmuan atau yang dari awal telah disepakati sebagai kita. Baik mahasiswa maupun dosen.
Ilmu pengetahuan yang pertama-tama ada, dan itulah satu-satunya yang ada pada mulanya ialah filsafat. Oleh karena itu filsafat hanya menjawab pertanyaan yang sifatnya abstrak universal, maka dalam perjalanan waktu berbagai persoalan manusia  tidak terpecahkan dengan jawaban yang demikian.


Tantangan persoalan yang lebih  kongkret, praktis dan pragmatis yang dihadapi manusia mempercepat kelahiran berbagai ilmu pengetahuan induk yang satu ini. Itulah sebabnya filsafat dijuluki master scientiarum (induk; ibu ilmu pengetahuan). Dalam diri induk ini terkandung segala macam objek materi yang kesemuanya dipandang  hanya dari satu sudut (objek formal) yaitu secara umum dan menyeluruh (universal), dan diselidiki dengan metode dan sistem yang menyeluruh pula. Oleh karena itulah, maka filsafat sebagai  induk pengetahuan yang benar (ilmu pengetahuan) menghasilkan kebenaran yang universal.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah tersebut, bidang ini membahas tentang nilai-nilai kebenaran menurut ilmu ekonomi. Untuk mengetahui lebih jauh, maka nilai kebenaran dapat dikaji menurut ilmu ekonomi.
Pembatasan masalah dapat dirinci beberapa sub masalah yaitu:
  1. Bagaimana konsepsi nilai-nilai kebenaran menurut ilmu ekonomi?
  2. Bagaimana urgensi nilai-nilai kebenaran (filsafat) dalam kajian ilmu ekonomi?
Kerangka Teori
Seperti yang dikaji dalam tulisan ini bahwa yang  menjadi objek dalam kajian ini adalah bagaimana nilai-nila kebenaran jika ditinjau dari segi ilmu ekonomi.
Ada teori lain ekonomi; bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini sangat kuat, karena kuotanya maka ia ditngkatkan menjadi hukum, disebut hukum penawaran dan hukum permintaan. Berdasarkan hukum ini maka barangkali benar dihipotesiskan; jika hari hujan terus, maka musim pemanas  gabah tidak diaktifkan, maka harga barang akan naik.
Untuk membuktikan apakah hipotesis itu benar atau salah  kita cukup melakukan dua langkah. 1) kita kaji apakah teori itu logis? 2) Apakah logis jika hari hujan terus harga gabah akan naik?
Jika hari  hujan terus, maka orang tidak dapat menjemur padi, penawaran beras akan menurun, jumlah orang yang memerlukan tetap, orang berebutan membeli beras, kesempatan itu dimanfaatkan pelanggan berasa untuk memperoleh untung sebesar mungkin maka harga beras naik. 2) uji empiris, diadakan eksperimen dengan membuat hujan buatan selama mungkin, musim pemanas gabah tidak diaktifkan, beras dari daerah lain tidak masuk. Periksa pasar apakah harga beras naik? Secara logika seharusnya naik. Dalam kenyataan mungkin saja tidak naik misalnya karena orang mengganti makanya dengan slain beras. Jika eksperimen itu dikontrol dengan ketat, hipotesis tadi pasti didukung oleh kenyataan.
Dalam ekonomi islam, setiap keputusan seorang manusia tidak terlepas dari nilai-nilai moral dalam agama karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syariat. Al-Qur’an menyebut ekonomi dengan istilah Iqtishad (penghematan, ekonomi), yang secara literal berarti pertengahan atau moderat. Seorang muslim dilarang melakukan pemborosan (lihat QS. Al Israa; 26, 27).
Sebagai induk ilmu pengetahuan filsafat berperan dalam menumbuhkan kesadaran moral manusia yang difungsikan dalam memutuskan setiap tindakan kongkretnya  menjadi suatu perbuatan atau tindakan yang baik secara moral. Tampak jelas bahwa pengetahuan dan ilmu pengetahuan berfungsi membantu manusia dalam memecahkan persoalan-persoalan hidup dalam kehidupannya menuju pencapaian tujuan-tujuan hidupnya yang identik dengan kegunaan dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Semakin berpengetahuan, berikan pengetahuan seseorang seyogianya semakin tinggi kesadaran etis atau moralnya. Nilai-Nilai Kebenaran Menurut Ilmu Ekonomi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar